Kekeringan di Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah) sampai pertengahan Agustus 2003 ini semakin meluas. Kekeringan kali ini menghancurkan pertanian palawija hingga menurunkan produksi sampai 20-30 persen. Menurut hasil kajian bidang ekonomi, dampak penurunan produksi pertanian ini menyebabkan kerugian petani mencapai Rp30miliar.
Kepala Desa Kupang, Hartanti Amin, mengakui bahwa kekeringan tidak hanya menghancurkan pertanian. Penduduk juga merasakan kesulitan air. Untuk tu, pihaknya sudah menganjurkan droping air. Pada saat yang bersamaan, penduduk terpaksa harus antre di malam hari, baik di sendang maupun sumur warga yang airnya masih dapat diandalkan. Pemerintah Kabupaten juga menyusun program penanganan kekeringan dalam dua tahap, yakni jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam jangka pendek, penanganan kekeringan di antaranya akan membangun
Dalam jangka panjang, Pemkab Grobogan juga sedang melaksanakan pengerukan waduk yang penuh Lumpur. Sejak pertengahan Juni 2003 Waduk Sanggeh sudah kering. Airnya menyusut dan tidak lagi mengairi sawah di sekitarnya. Kemudian, pihaknya juga memandang perlu melakukan reboisasi di kawasan hutan yang sudah gundul dan berpotensi sebagai daerah resapan air. Perbaikan drainase dan reboisasi membutuhkan dana yang cukup besar. Hal tersebut tidak bisa hanya ditangani Pemerintah Kabupatan Grobogan, tetapi harus melibatkan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerh Provinsi Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar